Oleh
: Lisa Tjut Ali
Jadi teringat saat mudik
lebaran, selain menyenangkan juga ada repotnya, terutama saat harus bereskan
barang-barang yang akan di bawa, dari kemas baju dalam koper sampai pusingnya
mencari oleh-oleh yang bagus tapi jimat kos. Belum lagi di tambah dengan
penatnya saat beres-beres rumah yang akan di tinggal mudik untuk beberapa hari
atau boleh jadi sampai beberapa minggu. Puyeng nya kepala mikir
keuangan juga masuk dalam list mudik. Itu baru repot mau mudik, belum lagi
repot sehabis balik dari mudik. Daftar tugas yang dilakukan pun seperti merekam
kembali kegiatan yang sama waktu mau mudik, mulai merapikan kembali baju-baju
dari koper ke lemari, baju-baju yang kotor di cuci, sekaligus membersihkan perabot-perabot yang
berdebu selama di tinggal mudik.
Wah
ini baru cerita repot bila mudik, trus gimana kalau repot saat harus nomaden, alias pindah-pindah rumah selama di
perantauan, seperti saya dan suami yang dalam dua tahun bahkan setahun sekali
nomaden ke negara lain. Bukan lagi rambut yang keriting alhasil pikiran pun
ikut keriting. Dari repotnya membersihkan rumah sewa yang akan di tinggal, sampai membersihkan rumah baru yang akan di
tempati, itu belum lagi mengemas barang yang akan ikut di nomaden kan. Repotnya
mencari rumah baru serta menyesuaikan diri dengan lingkungan baru juga masuk
dalam daftar menu ( kayak restoran aja pakai daftar menu segala, wkkkkkkkk).
Memburu tempat belanja yang terdekat dan murah juga ikut menguras tenaga.
Inilah daftar nomaden saya selama beberapa tahun merantau ke negara jiran kuala
lumpur dan Jerman.
Saat di Kuala Lumpur :
1. Apartement di hentian 4
Di apartemen ini kami
menyewa lantai 5 pemiliknya Lee kok siong, walau pemilik nya orang cina namun
beliau sangat baik dan ramah, malah uang sewa rumah setiap bulan jadi berkurang
bukannya bertambah, beliau sangat sibuk sehingga jarang menagih biaya
sewa, kami yang selalu mengantar uang
kepada beliau, bahkan tak jarang beliau lupa untuk menagihnya, kalau saja tidak
kami ingatkan, namun saya dan suami sangat menghargai kepercayaan beliau, walau
tidak di tanggih setiap bulan kami tetap mengantarnya tepat waktu, kepercayaan
ini yang membuat beliau memberi kami bonus untuk mengurangi biaya sewa
perbulan. Rumah beliau sangat tinggi, sehingga lelah setiap hari harus naik turun tangga,
namun saya dan suami sangat betah tinggal di aprtement ini, selain punya jiran yang sangat baik dan ramah juga kondisi
apartement yang begitu sangat nyaman. Setelah setahun di sana kami terpaksa
pindah karena pemilik apartement mau menjualnya, untuk di jadikan modal usaha.
Akhirnya saya dan suami nomaden ke apartement lain.
2. Apartement
di hentian 5
Setelah berbulan-bulan
mencari rumah yang baru, akhirnya
menemukan sebuah apartement lagi, yang jaraknya tidak terlalu jauh dari
apartement yang pertama. Apartement kami yang baru ini pemiliknya juga orang
cina yaitu tuan Lau. Pemiliknya juga
sangat ramah dan baik, setiap ada
perayaan cina beliau selalu memberikan kami bingkisan, saya dan suami tidak
perlu ragu untuk makan bingkisan pemberian beliau, karena walau beliau tidak seagama dengan saya
dan suami, namun beliau begitu menghargai agama saya, setiap memberi bingkisan,
beliau selalu memberi bingkisan yang ada logo halal, agar saya tidak bimbang
untuk makan. Saya begitu betah tinggal dirumah baru ini, selain tidak terlalu
tinggi hanya lantai 4 juga sangat nyaman pemandangan dari luar apartement.
Selain dekat dengan restoran, apartement saya ini juga dekat dengan surau. Dari
balkon rumah saya dan suami dapat menikmati indahnya suasana malam menara
kembar dari kejauhan. Tanpa terasa waktu
begitu cepat berputar, saya dan suami terpaksa nomaden lagi ke indonesia karena
sudah submit tesis.
3. Sungai
Tangkas
Setelah beberapa bulan kembali ke indonesia, akhirnya saya dan suami
mendapat panggilan untuk sidang tesis. Ternyata mencari rumah tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Karena belum dapat rumah sewa, akhirnya kami
menumpang rumah sahabat suami saya untuk beberapa hari. Setelah berhari-hari mencari, akhirnya kami menemukan rumah sewa di sungai
tangkas. Rumahnya sangat nyaman karena
rumah teres, bukan apartement yang
tinggi, yang lebih nyamannya ada halaman untuk olah raga, sehingga saya dan suami bisa mengisi
kekosongan waktu dengan bermain bulu
tangkis. Pemiliknya juga sangat ramah yaitu encik nuh, selain mudah untuk
belanja juga sangat dekat dengan surau, para tetangga juga sangat baik dan
ramah, tukaran menu makanan serta undangan perayaan sudah menjadi rutinitas
saya dan suami. Selama tinggal di sini saya dapat menikmati berbagai masakan
khas daerah pemberian para jiran. Allhamdulillah sidang tesis saya dan suami
berjalan lancar. Akhirnya Saya harus nomaden lagi ke Indonesia karena sudah
selesai S2.
4.
Hentian
1 Lantai 1
Setelah beberapa bulan di Aceh, kami kembali ke Malaysia, karena suami mendapat peluang untuk melanjutkan
belajar S3 di UKM. Kali ini kami juga
menyewa apartement di Hentian 1 namun lantai 1 sehingga tidak terlalu tinggi. Pemilik
apartement ini puan Syukriyah dan Tuan Syukri, namun karena hubungan kami
sangat akrab, kami memanggilnya makcik dan pakcik. beliau sangat baik dan
begitu mengerti dengan situasi keuangan pelajar, bahkan tagihan uang sewa
perbulan makin di kurangkan, yang
membuat saya terharu beliau sangat memperhatikan kenyamanan kami, berbagai tawaran kebajikan di berikannya
untuk kami, seperti menjahit gorden,
dll. Beliau memang orang kaya yang
sangat dermawan dan sederhana, bertuah saya dan suami menyewa rumah beliau,
namun karena harus melanjutkan belajar ke Jerman, dengan hati sedih kami harus
pindah dari rumah beliau, haru rasanya saat hari terakhir saat kami pindah dan
sedang kemas-kemas koper, makcik dan pakcik datang melawat, saling minta maaf
dan tukaran email menjadi kenangan terakhir,
kini walau kami sudah berjauhan namun silahturrahmi secara email tetap
terhubung, meski hanya sekedar menanyakkan kabar. Terima
kasih untuk makcik dan pakcik yang telah menerima kehadiran kami dengan baik.
Saat
di Jerman :
5. Gruneuwalstrasse
Akhirnya kami nomaden
ke negara eropa, Jerman adalah pilihannya.
Di negeri yang serba asing ini kami menyewa rumah herr smith. Rumah yang
sangat modern dan klasik khas eropa. Walau ini pengalaman pertama kami nomaden
ke eropa, tapi tidak terlalu sulit untuk mencari rumah, rumah telah kami booking awal sebelum
keberangkatan melalui web. Rumah yang
kami sewa ini begitu sangat nyaman, karena lengkap dengan furniture yang serba
modern dan canggih, bahkan ukuran rumah ini tergolong besar untuk kami berdua. Setelah
enam bulan di gruneuwalstrasse, saya dan suami terpaksa menyewa rumah yang
lain. Bukan karena tidak nyaman tapi rumah ini kami sewa melalui agen, yang
mana selain harus bayar uang sewa perbulan, juga harus bayar uang agen
perbulan.
6. Gellertstrasse
Setelah diskusi dengan
suami, akhirnya kami sepakat pindah.
Pertualangan mencari rumah baru pun di mulai, media massa, website dan link-link info jadi
santapan sehari-hari. Mencari rumah di
Jerman memang sangat sukar, kalau tidak
di booking lebih awal. hampir setiap
hari menghubungi yang punya rumah, namun setelah di kunjungi kadang kurang sesuai. Di jerman ukuran rumah
juga menjadi syarat untuk mengurus visa.
Saya bersyukur sekali, karena selama mencari rumah di bantu oleh seorang
rakan dari Malaysia, sehingga tidak terlalu kesulitan untuk mencari alamat
rumah yang di tuju, maklum kami baru beberapa bulan di jerman, banyak jalan
yang belum pernah kami kunjungi. Akhirnya
melalui web saya menemukan apartement
yang dekat dengan kampus, begitu kami mengunjungi apartement, hati saya
langsung terpikat, selain rumahnya nyaman, murah, lengkap funiture, dekat kampus, dekat dengan
belanja juga di kelilingi oleh jiran-jiran yang ramah. Ternyata pemilik rumah ini juga herr smith
namun saya menemukan alamatnya melalui web, saya baru tahu bahwa rumah itu
punya herr smith setelah nama yang tertera di web. Untuk rumah ini saya tidak
perlu membayar biaya agen, Karena rumah
ini saya hubungi langsung herr smith tanpa perantara agen.
Akhirnya Nomaden kemari |
Di Gellertstrasse ini kami nomaden |
Jalan Gellertstrasse |
Gellertstrasse apartement yang sangat bersih dan aman |
Mulai beradaptasi dengan lingkungan dan jiran baru di Gellertstrasse |
Bergaya sesaat di Gellertstrasse sebelum ke kampus |
Suami pun ikutan bergaya |
Musim semi yang memikat |
Pohon yang menarik, hanya bunga saja tanpa daun |
Beginilah nasib
saya yang terus hidup secara nomaden dan mengembara, dari satu rumah kerumah yang lain, menjelajah
dari satu negeri ke negeri yang lain, untuk sesuap nasi dan setetes ilmu. Kadang
suka menjadi duka dan kadang duka menjadi suka, yang pasti selalu ada tawa di
setiap air mata. Insyaallah bahagia akan ada di takdir hidup kami. Di
akhir tulisan saya ingin berbagi sedikit
pengalaman dalam mencari rumah serta serba-serbi tentang apartement di Jerman :
1. Dalam
mencari rumah sewa, pilihlah rumah yang
sesuai dengan keuangan. Pilihlah rumah yang bertulis " Provisionsfreie", maksudnya rumah tersebut tanpa ada komisi agen, biasanya rumah yang kita hubungi langsung dengan pemiliknya, tanpa biaya agen. Di Jerman boleh jadi rumah yang sama, pemilik yang sama, namun punya sistem pembayaran yang berbeda. Yang pertama ada biaya agen dan yang kedua tanpa melalui biaya agen, semua tergantung melalui web mana kita menghubungi rumah tersebut, kadang ada web yang mengambil biaya agen (seperti pengalaman saya yang pertama sewa rumah), namun ada juga web yang tanpa biaya agen ( seperti pengalaman saya yang kedua). Padahal kedua rumah saya tersebut pemiliknya sama, namun karena saya temukan info dari web yang berbeda, alhasil cara pembayarannya juga berbeda. Di Jerman kebanyakkan pemilik rumah menawarkan rumahnya melalui website-website, jadi pandai-pandailah dalam memilih website. Ini salah satu website mencari rumah, Di website ini banyak menawarkan rumah tanpa komisi agen, namun tetap juga selektif.
2. Pilihlah
rumah yang dekat dengan tempat belanja, tempat kerja atau kampus
3. Pilihlah
perumahan yang nyaman dan kondusif dari segi keamanan, seperti memiliki jiran yang baik dan punya
rasa kekeluargaan
4. Biasakan
mencari rumah sewa atau booking lebih awal sebelum hari kepindahan
5. Sebelum
di tempati periksalah kondisi rumah sewa dengan teliti
6. Sebelum
menepati rumah sewa, buatlah perjanjian yang tertulis dengan pemilik rumah,
untuk mengelak hal-hal yang tak di inginkan di kemudian hari
7. Sebelum
menanda tangani perjanjian sewa, pahami dahulu isi dari perjanjian tersebut
8. walau
di Jerman terkenal dengan negara yang bebas minum-minuman keras (mabuk), namun
negara ini sangat aman, sangat jarang terjadi pencurian di sana, setiap
apartement di Jerman di lengkapi dengan alat/bel di pintu utama apartement,
yang mana melalui alat ini kita pemilik rumah dapat bertanya siapa nama tamu
yang menekan bel tersebut, tanpa harus keluar dari rumah, jika memang
kita berkenan dan mengenal tamu, kita dapat menekan bel yang ada di dalam
rumah. Dengan menekan bel dari dalam rumah, pintu utama aprtement akan terbuka,
tamu tadi dapat masuk kedalam aprtement, setelah tamu berada dalam apartement,
mereka dapat menekan pintu masuk rumah, sebagai penanda bahawa si tamu sudah
bereda di pintu masuk, sehingga pemilik rumah dapat membuka pintu. Jadi jika
ingin bertamu ke apartement sangat di anjurkan pihak tamu mengetahui nama
belangkang pemilik rumah, hal ini untuk memudahkan saat menekan bel pada pintu
utama apartement.
9. Di
Jerman setiap rumah memiliki jendela yang banyak dan besar, yang mana setiap
hari penyewa di sarankan untuk selalu membuka jendela rumah, hal ini di lakukan
agar rumah tidak lembab terutama pada musim dingin.
10. Di Jerman di ruang tidur, dapur dan ruang utama, lantai biasanya di lapisi kayu, agar pada
musim panas tidak terasa terlalu panas, karena
lantai berbahan kayu, maka lantai mesti selalu kering, tidak basah, bahkan
lantai di ruang mandi pun walau berbahan keramik, mesti sentiasa kering. Memang
sudah sifat orang eropa tidak terlalu banyak mengunakan air, bahkan di WC rumah tidak tersedia air, tisu
sebagai penganti air di WC ( namun karena saya tidak terbiasa mengunakan tisu,
maka sebagai alternatif, saya sediakan sendiri tempat penampungan air).
Bel di pintu masuk rumah |
Bel di dalam rumah untuk membukakan pintu utama |
Kotak surat, apartement saya terdiri dari 8 jiran |
Semoga tulisan
ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, yang baik jadikan pedoman, yang buruk
jadikan pengalaman.