Coretan pena

Selasa, 10 Desember 2013

Mereka yang tak suka mengiba

                                                                                                  
                                                                                                                 Oleh : Lisa Tjut Ali





Bangga dengan mereka yang mencari rezki secara halal



          Ketika sedang berjalan-jalan di alun-alun kota, saya melihat kerumunan orang yang sedang menyaksikan sebuah atraksi unik, di depan atraksi tersebut terdapat sebuah topi tempat pengumpul koin, saya melihat orang-orang begitu terhibur dengan atraksi tersebut, tepukan tangan dan beberapa koin pun mereka berikan sebagai imbalan jasa hiburan. 

       Berbagai Aktraksi dilakukan mereka untuk mengumpulkan sekoin euro. Mereka mengumpulkan euro bukan sekedar meminta belas kasihan tanpa berbuat sesuatu, tapi mereka menghibur orang-orang yang lewat dengan Aksi unik mereka, ada yang mengecat seluruh tubuh, ada yang berpakaian ala badut,  mencoba memberi jasa hiburan, yang simpati akan memberi sekoin euro, inilah mereka pengumpul koin yang ada di beberapa negara di eropa, lalu bagaimana dengan di Indonesia dalam mengumpulkan sekoin rupiah? apakah dengan belas kasihan bermodal tangan mengiba? atau memberi jasa seperti mereka? yang pasti tangan yang memberi jauh lebih baik. Semoga kita selalu menjadi tangan yang selalu memberi dan meringankan beban orang lain. Bagi saya atraksi mereka ini bukan kategori pengemis, tapi mereka pekerja berupa jasa hiburan. Kita yang lewat akan terhibur dengan aksi mereka, setidaknya kita akan tersenyum dengan ulah unik mereka.

            Ketika melihat mereka saya jadi teringat ayah, dulu ayah sangat suka membeli sayur-sayuran, kue, tikar, brune, dll yang dijual oleh nyak-nyak, baik yang dijual di pinggir pasar atau yang dijual keliling. Tak jarang ayah membeli sayur yang sama dan kadang sayurnya sudah layu, saya yang melihat sikap ayah sempat protes saat itu "Kenapa ayah beli sayur yang sudah layu dan kemarin kita juga sudah beli sayur yang sama di pasar? ".  Ayah hanya tersenyum mendengar protes saya, beliau pun menjelaskan "Terkadang kita membeli sesuatu bukan karena kita butuh, tetapi karena kita perlu membantu orang lain, kasihan kan nyak-nyak itu sudah berjalan kaki jauh-jauh dan menjual dagangannya kerumah kita, dengan membeli berarti kita telah membantu beliau mencari nafkah, di usia seperti itu beliau masih mau bekerja, tanpa mau minta sedekah, niat kan saja kita membeli sebagai ganti kita memberi sedekah ". Kini saya jadi paham pemikiran ayah, beliau lebih menghargai orang yang bekerja daripada meminta belas kasihan, terutama bagi mereka yang masih sempurna fisik. 

           Kalau tiba bulan puasa, ayah juga selalu membeli juadah berbuka yang di jual oleh nyak-nyak di pinggir jalan daripada membeli kue-kue yang dijual oleh gadis-gadis cantik dengan mengunakan mobil, padahal saat itu saya tahu ayah berkemampuan dari segi keuangan untuk membeli kue-kue yang dijual di mobil-mobil, saya sendiri sangat suka kue-kue yang dijual mengunakan mobil, selain dipaket secara bersih juga rasanya sangat enak, antara harga kue dengan rasanya saya pikir sesuai standar. Namun melihat tujuan ayah membeli sama nyak-nyak untuk menolong mereka, maka saya pun jadi ikut-ikutan berbelanja sama nyak-nyak, saya dapat melihat betapa bahagia dan semangatnya nyak-nyak tersebut ketika dagangannya kita beli, ternyata kue-kue hasil mereka juga tidak kalah enaknya. Ayah juga sering beli buah-buahan yang penjualnya seorang kurang upaya, begitu juga dengan istrinya, meski mereka cacat fisik, mereka tetap bekerja menjual buah-buahan, mereka tidak suka meminta-minta, padahal kalau dilihat dari segi fisik, sudah sewajarnya mereka mengiba, tapi mereka tidak melakukannya. Malah mereka merasa bangga bisa memberi, tak jarang mereka suka membonuskan beberapa kg buah untuk para pelangan.  Bukan saja ayah, saya juga ikut terharu ketika berkenalan dengan mereka, kagum dengan kegigihan dan ketabahan mereka.  Saya sangat bangga dan terharu,  setiap kali melihat orang-orang yang bekerja keras mencari rezki yang halal sesuai dengan kemampuan mereka, gigih tanpa pernah mengharap iba orang lain, pengalaman ini menjadi  pelajaran tersendiri untuk saya,  supaya selalu bekerja keras selagi mampu tanpa harus mengharap uluran belas kasihan orang lain. 
 
Pada suatu hari Rasululah SAW ditanya oleh sahabat beliau : “Ya Rasulullah, siapakah manusia yang paling dicintai Allah dan apakah perbuatan yang paling dicintai oleh Allah ? Rasulullah SAW menjawab : “Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah manusia yang paling banyak bermanfaat dan berguna bagi manusia yang lain; sedangkan perbuatan yang paling dicintai Allah adalah memberikan kegembiraan kepada orang lain atau menghapuskan kesusahan orang lain, atau melunasi hutang orang yang tidak mampu untuk membayarnya, atau memberi makan kepada mereka yang sedang kelaparan dan jika seseorang itu berjalan untuk menolong orang yang sedang kesusahan itu lebih aku sukai daripada beri’tikaf di masjidku ini selama satu bulan ” (Hadits riwayat Thabrani).

Tangan yg di atas lebih baik daripada tangan yg dibawah.
Tangan di atas adalah tangan pemberi sementara tangan yg di bawah adalah tangan peminta-minta. [HR. Muslim No.1715].

Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda: “Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”.
(HR. Muslim)














(* Catatan dan renungan