Coretan pena

Kamis, 20 Maret 2014

Tak ada manusia yang sempurna



                                                                                                  Oleh : Lisa Tjut Ali




 
Jalani lah takdir dengan bersabar dan bersyukur




Allhamdulillah  

Hari ini Allah mentakdirkan saya bertemu dengan Along dan ibunya saat berada di ruang tunggu hospital. Pertemuan yang hanya beberapa jam itu  menyisakan banyak pelajaran berharga. Along begitu ia menyebut nama dirinya, Along merupakan anak istimewa, yang hidup hanya berdua dengan ibu sejak meninggalnya sang ayah. Along yang berusia 24 tahun bukan seperti remaja lainnya, sejak lahir Along adalah anak yang memerlukan perhatian khusus, walau ia sudah remaja namun prilakunya masih polos seperti anak-anak. Along sangat sayang dengan ibunya, berulangkali saya lihat Along mencium pipi ibunya yang sedang duduk berzikir. Dari penampilan Along yang rapi dan bersih saya dapat menebak, Along tidak kurang kasih sayang dan perhatian dari ibunya.

Di ruang tunggu, semua pasien duduk dengan wajah yang mulai mengambarkan titik kebosanan. Ada yang mengantuk, ada yang menyandarkan kepala ke dinding, bahkan ada yang menghulurkan kaki lurus ke depan saking bosannya.  Menunggu no antrian bertemu dokter spesialis di hospital memang memerlukan kesabaran. Itu belum lagi temu janji yang 1-3 bulan sekali. Kalau mau cepat  tentu saja ke hospital swasta dan tarifnya juga berdasarkan standar swasta. Saya memilih hospital ini karena rujukan dari klinik kampus, yang mana pelajar dapat berobat secara gratis.

Awalnya saya mengira Along yang duduk di samping suami, sama seperti remaja lainnya, setelah lama memperhatikan tingkahnya yang sedikit berbeda, saya baru paham ternyata Along anak yang istimewa. Berulang kali Along melirik  ke arah suami dan saya sambil memberi isyarat dengan merapatkan dua jari telunjuknya (* isyarat yang maksudnya kami sepasang kekasih atau suami istri). Saya tersenyum melihat ulahnya. Suami yang sedang demam memilih menyandarkan kepala ke kursi. Saya lihat Along seperti ingin bersahabat dengan suami, karena suami tidak respon akhirnya Along bermain dengan hp. Abang demam ujar saya mencoba memberi pengertian pada Along, Along menanyakkan pada ibunya apa yang saya katakan, ibunya pun menerangkan pada Along bahwa suami saya sedang sakit demam. Spontan Along meletakkan tangannya di dahi suami dengan lembut untuk memastikan suhu badan suami.  Suami saya tersenyum ke arah Along. Along tampak cemas dengan suhu panas badan suami, sementara ibu Along merasa tidak enak hati dengan sikap Along yang memegang dahi suami. Saya katakan pada ibunya “ tak apa-apa makcik, Along buat tu semua karena perhatian, kami paham kondisi Along “ makcik pun tersenyum sambil berujar “ tak semua orang boleh paham kondisi Along, bahkan kadang ada orang yang pindah tak mau duduk samping Along, coba bayangkan ibu mana yang tak kecik hati bila anaknya diperlakukan seperti itu ”  saya dapat merasakan perasaan makcik tersebut. Saya lihat sendiri Along tidak menganggu orang lain kalau orang lain tidak menganggu  dia, ia duduk rapi di bangku yang bersebelahan dengan ibunya. 

 Tiba-tiba Along menunjukkan sepatunya bagus dengan memberi isyarat jempol sebaliknya memberi jempol ke bawah pada sepatu  makcik yang duduk depan kami. Spontan saja saya dan pengunjung lainnya yang semula mengantuk tertawa nyengir (* dalam hati, pintar juga Along, memang pun sepatu Along lebih cantik dari sepatu makcik tersebut, hehehehehe). Suasana pun menjadi ceria, pengunjung mulai tersenyum-senyum melihat prilaku Along yang comel. Kehadiran Along membuat suasana ruang tunggu yang membosankan menjadi berwarna. Kami yang semula mengantuk menjadi tersenyum, tersenyum melihat tingkahnya Along yang asyik bermain dan bercakap dengan hp (* suaranya pelan tidak memberontak atau menganggu). Sekali-sekali Along akan mengingatkan pasien yang ada di sekitarnya untuk duduk rapi, tidak menaikan kaki ke atas bangku atau menyilang (* saya melihat Along disini sangat peduli dengan orang lain, ia melarang menaikan kaki atau menyilang agar tapak sepatu pasien tersebut tidak mengotori pasien yang lain). Along juga memberi isyarat agar saat duduk di kursi tidak meluruskan kaki sehingga tersandung pengunjung lain yang lalu lalang. Along seperti petugas keamanan yang mengatur supaya duduk rapi.  Along pun dengan ucapan yang kurang jelas mengingatkan saya dan pasien agar tidak meletakkan tas sembarangan. Berulang kali Along menunjuk-nunjuk tas yang terletak begitu saja di lantai atau di atas kursi supaya  kita pengang erat-erat agar tidak kecurian. (* ragut-ragut ucapnya. Maksudnya jaga tas agar tidak kena curi). Pengunjung pun mulai memegang tas erat sambil berucap terima kasih Along sudah mengingatkan kami, Along pun tersenyum senang. Along juga sosok anak yang kuat, dari ibunya saya dapat tahu meski ia tumbuh besar di rumah sakit (selalu di rawat di hospital) namun ia tetap ceria tak pernah mengeluh sakit. 

Pengamatan saya,  Along meski lambat pemikiran namun ia cepat mengerti saat orang bercerita tentang dirinya. Ketika ibunya mengatakan kalau Along baru saja menjalani operasi perut, dengan spontan Along menunjukkan bekas jahitan operasi perut, begitu juga ketika kami tanya namanya, langsung ia sebut Along……..Along. bagi saya Along cerdas meski ia tergolong anak yang lambat pemikiran. Ibu Along memberitahukan bahwa Along sudah menyelesaikan sekolah menengah untuk anak pendidikan khusus atau SLB, Along selalu juara di kelas, kini Along akan kembali mengambil khusus kemahiran. Disini saya menilai, seorang anak yang mengalami kekurangan pemikiran pun jika mendapat didikan dan perhatian yang baik dari orang tua dan keluarga, mereka akan tumbuh menjadi anak yang terarah. 
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Setiap anak lahir dalam keadaan fitrah. Lalu orangtuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Satu hal yang membuat saya terharu, ketika saya dan suami asyik berbincang, tiba-tiba di depan kami lewat pasien yang mengunakan kursi roda, kursi roda itu berjalan rapat mengenai lutut suami yang sedang duduk, padahal sisi sebelahnya masih luas. Along yang juga duduk bersebelahan dengan suami, langsung menutupi lutut suami dengan tangannya sehingga tangan Along yang tergesek dengan kursi roda tersebut, ia sengaja menjadikan tangannya sebagai alas agar lutut suami tidak tergesek kursi roda. Saya yang melihat kejadian ini tak mampu menyembunyikan keharuan, suami saya pun merasakan hal yang sama. Along begitu siaga melindungi orang-orang di sekitarnya. Ketika kursi roda itu kembali melintasi kami, tangan Along pun sudah siap kembali memegang lutut suami.

Sungguh kekuasaan Allah, setiap makhluh yang dicipta-Nya, semua punya sisi kelebihan dan kekurangan, Tak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Allah saja. Di balik  keterbatasan pemikiran Along, Along masih memiliki pemikiran yang bermanfaat bagi orang lain. Ia mampu  memberi senyuman, kenyamanan dibalik kekurangannya. Pengalaman ini membuat diri saya tersentil, Allah anugrahi saya fisik dan pemikiran yang sehat dan sempurna,  namun belum mampu berbuat sepenuhnya seperti Along. Pertemuan ini memberi pelajaran tersendiri bagi saya,  tentang apa yang sempurna menurut kita belum tentu sempurna menurut penilaian Allah, karena kita terlalu naïf suka menilai kesempurnaan dari segi penampilan luar. Mungkin di mata kita Along bukan sosok manusia yang sempurna fisik dan pemikiran,  tapi siapa dapat menduga menurut penilaian Allah,  sikap dan prilaku Along justru mengangkat dia menjadi manusia yang tinggi kedudukannya di hadapan Allah kelah. Sebaliknya tak menutup kemungkinan manusia berdasi dengan stelan jas lengkap yang kita anggap terhormat karena gelar dan pemikirannya, justru menjadi manusia yang paling hina hadapan Allah, jika kehadirannya selama di dunia hanya mengobral kesombongan dan kerugian.

Semoga Allah menjadikan kita hamba yang bermanfaat untuk orang lain, setidaknya kehadiran kita tidak menganggu kenyamanan orang lain.

Terima kasih Along untuk ilmu yang berharga ini
Allhamdulillah Yaa Allah, telah mempertemukan saya dengan Along

“Bisa jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan bisa jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al Baqarah: 216)





                                                                                          Malaysia, 20 Maret 2014